In Memoriam Himmah Hamidah
Sekian lama aq ga menulis diary tentang diri sendiri. Lagi pula sapa yang kepo yah…hmmm.
Hampir semua orang menyukai persahabatan. Ntah dengan modus ataupun non modus. Persahabatan bisa terjadi karena adanya kebutuhan setiap insan untuk berinteraksi. Tiap waktu, tiap tempat, tiap acara, bisa menciptakan sebuah jalinan persahabatan. Dari hubungan kerja, games, sosmed, pendidikan, dan lain2nya bisa melahirkan persahabatan
Aq termasuk orang yg nyaman menyendiri namun tidak nyaman klo tanpa persahabatan.
Waktu SD aq punya 2 sahabat dekat. Enah dan Tini. Alhamdulillah sampe sekarang kita masih aman terkendali meskipun terpisahkan jarak yang jauh.
SMP aku banyak sahabat dekat. SMA aq punya LIDIAR.
Tapi Kali ini aq ingin cerita tentang sahabatQ waktu SMP, namanya Himmah Hamidah.
Saat mengetik namanya barusan, air mataku jatuh. Pandangan sedikit kabur. Tp aq sudah niat ingin menulis tentang dia.
Panggilannya midah. Aq kenal dia karena 1 kelas waktu SMP, kelas 1E. Diantara sekian banyak teman, dia salah 1 yang akrab. Aq kagum padanya. Dia cantik, kulitnya putih dan body nya langsing. Selain itu dia juga pintar. Rumahnya di Cigelong sentral. Kita termasuk gank yang type kalem. Middle. Bukan termasuk anak2 top karena gaul. Karena perform kita semuanya sederhana.
Sampe lulus kita masih ada komunikasi. Meskipun jarang. Jaman itu hp masih mahal, karena aq termasuk orang desa yg ga banyak relasi, jd sedikit telat punya hp. So tw kabar midah hanya dari mulut ke mulut.
Suatu hari aq denger kabar dia sudah menikah, punya anak 1 perempuan dan kehidupan mereka mapan, Alhamdulillah. Sebagai sahabatnya aq turut bahagia mendengar kabar itu.
Beberapa tahun kemudian, kita mulai komunikasi lewat hp. Banyak suka duka kita share. Dia sangat aq percaya. Aq ga ragu bicara semua masalah2 yg aq alami. Sampai suatu hari aq denger kabar kalau suaminya meninggal.
Bagai langit runtuh. Itu yang aq tahu. Betapa terpukulnya dia dengan kepergian belahan jiwanya itu. Tp Alhamdulillaah…alm suaminya meninggalkan bekal yg baik untuk midah dan Ayang (nama anak midah).
Kita sering ketemuan dan cerita problema2 hidup. Sampe suatu hari aqq kehilangan mama aq. 3 nov 2007. Satu2nya orang tuaku yg masih ada. Saat itu midah salah satu orang yg membuatku tegar. Dia menguatkan aq. Sewaktu masih ada, kedua orang tuaku sayang jg sama midah yg sering nginep di rumahku itu. Jadi kepergian mama juga sebuah kehilangan besar buat midah.
Hari2 berlalu. Masalah demi masalah datang silih berganti menghiasi kehidupan masing2 insan. Midah berkali2 ketemu orang yg ga baik. Berkali2 cowok yg tidak berperasaan menyakitinya. Tapi dia seorang perempuan dan ibu yang tegar. Dia ibu yang penuh tanggung jawab. Dia rajin bekerja. Sampai kemudian dia menikah lg dan punya 1 orang putra, Alby. Dan kehidupan kembali ga berpihak padanya. Dia hrs menjadi single parent lg. Dan lagi2 dia ga patah semangat. Setiap ada waktu, kita saling mengabari dan cerita kisah masing2 meskipun hanya dengan telponan berjam2. Karena aq di jogja dan dia di sukabumi. Midah sering ngirimi aq makanan dari kampung. Seperti dapros dan rangginang. Dia paketkan lewat pos.
Beberapa bulan lalu dia bbm. Dia bilang sudah menikah lagi. Bahkan ngasi foto pernikahanny juga. Aq hanya bs mendoakan agar kali ini dia bisa benar2 bahagia. Yang aq tahu dia masih bekerja juga.
Suatu hari aq sedang Fesbukan. Aq dapat inbox dari teh Wien Alexa (sodara midah yg di Taiwan )
Wien Alexa : ” Neng, sahabatnya Midah meninggal dunia ”
AQ : ” Sahabat yg mana teh ? ” tanyaku sambil mengingat2 siapa orang yg sama2 dikenal midah dan aku
Wien : ” Lho bukannya Neng sahabatnya Midah ???”
AQ : ” iya teh, aq sahabat midah. Trus siapa yg meninggalnya teh? ” Tanyaku masih gagal focus
Wien Alexa : ” Yang meninggal ya Midahnya, Neng…”
Bagai disambar petir di siang bolong. Aq langsung nangis histeris manggil ayankQ. AyankQ kaget melihat aq tiba2 nangis histeris. Aq tunjukin chattinganQ dengan teh Wien. Dia pun faham. Dia tahu betapa dekatnya aq dengan Midah. Dengan masih berair mata, aq tanya pnyebab meninggalnya midah. Ternyata dia sakit. Sakit yang akhirnya membawa Midah menghadap yang Maha Kuasa, menghadap yg punya, menemui yang menyayanginya. Dia meninggal di tanggal dan bulan yang sama dengan meninggalnya mama (3 Nov). Juga di bulan kelahirannya (25 Nov)
Selamat jalan sahabatku. Selamat jalan seorang ibu yang tangguh, selamat jalan mamanya Ayang dan Alby. Allah lebih menyayangimu. Semoga semua sakitmu menggugurkan semua dosa2mu sebelum menghadapNya. Semoga Allah menempatkanmu di tempat terbaik, di tempat orang2 yg mulia di sisiNya. Dan semoga anak2mu jadi anak2 yg sholeh dan sholeha. Yang bisa menjadi penerusmu, menjaga kedua orang tuamu. Semoga kau bahagia disana. Aamiin…..
Jogja, 25 Desember 2015.
Recent Comments